Monday, February 7, 2011

Konflik

Killman dan Thomas (1978) mendefinisikan konflik seperti berikut. Konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai-nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai baik di dalam diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain. Kondisi tersebut menghambat tercapainya suatu tujuan dan menimbulkan ketegangan emosi. Ketegangan emosi ini merupakan "stress" yang terjadi pada seseorang dalam dosis yang cukup hebat, orang akan menjadi terganggu efisiensi kerjanya.

Konflik akan mengakibatkan keadaan-keadaan seperti berikut ini :

1. Menurunkan produktivitas baik dalam segi kuantitas kerja, atau kualitas kerja. Keadaan seperti ini sangat mudah terlihat pada pekerjaan yang sifatnya manual atau semi otomatik di mana unit produksi dapat dihitung. Menurunnya kualitas terlihat misalnya dari banyaknya hasil kerja yang tidak memenuhi standar kualitas.

2. Meningkatnya jumlah absensi karyawan dan jumlah penggunaan jam kerja untuk istirahat atau keperluan lain di luar jam istirahat yang telah ditetapkan.

Karyawan minta pamit atau minta ijin pulang lebih awal dengan berbagai alasan adalah contoh dari penggunaan waktu kerja yang tidak semestinya.

3. Karyawan merasa tidak enak badan atau jatuh sakit. Stress mental dapat menimbulkan gejala yang sering disebut dengan nama psikosomatik. Kepala pusing separo (migraine), ulcer (gangguan perut, mules-muler), tekanan darah naik, sakit kulit, selalu berdebar-debar adalah beberapa contoh gangguan psikosomatik.

4. Karyawan cepat marah dan tersinggung perasaan. Meningkatnya frekuensi perselisihan (pertengkaran) yang terjadi antara karyawan adalah salah satu tanda adanya konflik di antara karyawan. Keadaan tersinggung dan cepat marah ini seringkali terbawa ke rumah dalam bentuk suka bentrok dengan istri, dan memukul anak-anak.

5. Terjadinya sabotase terhadap mesin-mesin, material kerja dan perlengkapan kerja. Ketegangan perasaan oleh karena adanya konflik dapat tersalurkan dengan melakukan tingkah laku agresif dalam bentuk merusak barang-barang atau menyakiti orang lain. Bila sumber konflik berasal dari perusahaan, misalnya karena karyawan merasa diperlakukan tidak adil, karyawan akan membalas ketidakadilan tersebut dengan berbuat sesuatu yang merugikan perusahaan. Sabotase terhadap proses produksi, perusakan mesin, merusak barang-barang yang diproduksi (misalnya memasukkan binatang, paku, atau barang berbahaya lainnya ke dalam produkci yang berupa barang makanan) adalah beberapa contoh dari sabotase.

Dalam bentuk yang lebih ringan konflik terhadap perusahaan dapat dilampiaskan dalam bentuk corat coret yang berisikan rasa "mangkel". Tulisan seperti ini sering muncul di tembok kamar mandi, kamar ganti pakaian atau tempat-tempat lain yang memungkinkan penulis leluasa menyampaikan kekesalannya tanpa diketahui oleh pimpinan.

6. Karyawan minta berhenti bekerja di perusahaan tersebut. Mereka pindah ke tempat kerja yang lain. Kondisi ini di Indonesia agak jarang terjadi pada karaywan tingkat bawah, karena sulitnya mencari pekerjaan.

Sedangkan untuk pekerjaan tingkat atas, mungkin sering terjadi karena "Bargaining Power" mereka yang tinggi. Berhentinya karyawan, menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Bila karyawan baru yang masih belum berpengalaman sebagai pengganti, karyawan tersebut membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Waktu menyesuaikan ini seperti proses training. Dalam periode training karyawan biasanya kurang produktif, banyak membuat kesalahan kerja yang mengakibatkan terjadinya pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Selain hal tersebut di atas ada hal lain lagi yang akan merupakan kerugian bagi perusahaan dengan berhentinya seorang karyawan bekerja di suatu perusahaan. Dari beberapa hasil penelitian diperoleh petunjuk bahwa semakin lama karyawan bekerja di satu perusahaan semakin besar kebanggaan karyawan akan perusahaan. Kebanggaan ini akan menjadi motivasi bagi karyawan untuk bekerja dengan baik di perusahaan tersebut.

Tentu saja kemungkinan karyawan untuk berhenti bekerja sangat dipengaruhi oleh perasaan kerja. Bila agak sulit untuk mendapat pekerjaan lainnya, karyawan biasanya akan bertahan untuk tidak pindah. Dalam keadaan konflik itu tentu karyawan tidak akan bekerja dengan baik.

Selain hal-hal di atas, konflik yang terjadi dalam diri seseorang karyawan dapat mempengaruhi karyawan yang lainnya. Akibat yang dapat terjadi misalnya berkurangnya semangat kerja karyawan lain.

No comments:

Post a Comment