Investasi Versus Spekulasi
Menurut Graham (1973), tindakan investasi adalah tindakan yang, melalui analisis menyeluruh, menjanjikan keamanan dana pokok dan memberikan keuntungan memadai. Tindakan yang tidak memenuhi persyaratan ini berarti tindakan spekulasi.
Spekulasi bermanfaat karena dua hal. Pertama, tanpa spekulasi, perusahaan baru yang belum teruji tidak akan bisa memperoleh dana untuk ekspansi. Kesempatan menggiurkan dalam jangka panjang untuk memperoleh keuntungan besar adalah pelumas yang memperlancar mesin inovasi. Kedua, risiko dipertukarkan setap kali saham dibeli atau dijual. Pembeli saham membeli risiko utama bahwa harga sahamnya bisa saja turun suatu hari. Sementara itu, penjual saham masih memegang risiko residual-yaitu kemungkinan bahwa harga saham yang dijualnya naik.
Spekulasi penuh tidak bisa dikatakan salah, tidak bermoral, atau kata sebagian orang, memperkaya diri sendiri. Spekulasi kadang diperlukan dan tidak bisa dihindari. Karena biasanya, ketika kita memegang suatu saham, terdapat banyak kemungkinan kita akan untung tau rugi,sehingga kita harus siap menerima risikonya.
Ada yang disebut dengan spekulasi pintar, seperti halnya investas pintar. namun, terdapat banyak situasi yang menjadikan spekulasi bukan tindakan pintar. Contoh paling utama:
- Berspekulasi saat anda menyangka bahwa anda sedang berinvestasi.
- Berspekulasi dengan serius, bukan sekedar iseng, padahal anda tidak memilik pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk melakukannya.
- Mempertaruhkan uang dalam jumlah yang besar untuk sebuah spekulasi yang risikonya tidak dapat Anda tanggung.
Setiap orang dapat dikatakan sedang berspekulasi jika membeli saham yang sedang hot dan melakukan pembelian dengan cara apapun. Mencampurkan rekening yang bertujuan untuk investasi dengan spekulasi. Memaksa untuk selalu menambah uang dalam rekening hanya karena pasar sedang mengarah keatas.
Daftar Pustaka :
- Graham, B. (1973). The Intelligent Investor : The Definitive Book on Value Investing. New York: HarperCollins.