Konflik dalam diri karyawan dapat terjadi oleh karena adanya pertentangan dalam tujuan yang ingin dicapai (goal conflick) dan pertentangan dalam peran yang harus dijalankannya (role conflict).
Pertentangan dalam tujuan yang ingin dicapai itu dapat terjadi karena tujuan tersebut memiliki aspek positif dan aspek negatif yang relatif berimbang kekuatannya.
Ada tiga jenis konflik yang sering dialami oleh karyawan, yaitu :
a. Approach-approach conflict. Pada konflik ini jenis ini orang mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan, oleh karena apda dua atau lebih alternatif pilihan terdapat hal-hal yang menarik. Misalnya, seorang calon karyawan mendapat kesempatan untuk promosi ke posisi yang lebih tinggi tetapi dia harus meninggalkan pekerjaan sekarang yang sudah disenanginya. Cukup sering terjadi orang merasa sungkan untuk dipromosikan karena dia merasa pekerjaan yang dipegangnya sudah sesuai dengan keinginannya. Contoh lain dari konflik jenis ini ialah seorang yang punya kesempatan untuk memilih dua posisi kerja yang sama-sama menarik.
b. Approach-avoidance conflict. Bila orang menghendaki sesuatu dan hal yang relatif berimbang, orang akan mengalami konflik di dalam menentukan pilihannya.
Konflik ini disebut dengan approach-avoidance conflict. Keadaan seperti ini sering dialami oleh eksekutif. Misalnya pimpinan sangat sulit untuk memberhentikan karyawan yang merupakan teman baik, tetapi berbuat yang merugikan perusahaan.
c. Avoidance-avoidance conflict. Konflik jenis ini terjadi apabila seseorang harus memilih antara dua pilihan yang keduanya memiliki hal yang tidak menyenangkan. Misalnya, seorang karyawan yang harus memilih antara mendiamkan perbuatan superisor yang merugikan dirinya, dan menerima pemecatan karena melaporkan kesalahan supervisor.
Dari ketiga jenis konflik di atas yang paling mudah diatasi dan akibatnya relastif tidak seberat konflik lainnya adalah 'approach-approach conflict'. Untuk kedua jenis konflik lainnya pihak manajemen harus berbuat agar supaya dapat mewujudkan keselarasan antara tujuan karyawan (individual goal) dengan tujuan perusahaan (organizational goal).
Konflik yang ditimbulkan oleh karena adanya pertentangan di dalam peran yang harus dilaksanakan biasanya sering terjadi pada para kepala bagian. Di mata para pimpinan perusahaan seorang kepala bagian diharapkan sebagai anggota kelompok pimpinan yang seharusnya memperjuangkan kehendak para pimpinan perusahaan.
Di pihak lain, dimata para karyawan yang dipimpinnya, seorang kepala bagian adalah seorang yang harus memperjuangkan kepentingan para karyawan yang dipimpinnya. Kedudukan yang terapit di antara dua peran yang harus dipilihnya akan merupakan sumber konflik bagi seorang kepala bagian.
Selain hal-hal di atas konflik-individual dapat terjadi karena tidak terpenuhinya 'need' (kebutuhan) yang diharapkan oleh seseorang untuk dipenuhi. Apa yang diharapkan karyawan tidak sesuai dengan apa yang merupakan faktor yang mendorong orang untuk bekerja. Menurut teori Abraham Maslow yang sangat populer dan paling sering dikutip, kebutuhan manusia mempunyai tingkatan, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi tingkatannya. Pada tingkatan yang paling dasar orang bekerja hanya semata-mata untuk mendapatkan uang agar supaya kebutuhan hidup yang paling dasar seperti makan dan minum dapat terpenuhi. Setelah kebutuhan ini terpenuhi orang akan memikirkan kebutuhan kebutuhan lain, yaitu rasa aman. Orang akan mencari pekerjaan tidak semata-mata untuk memperoleh gaji yang besar, tetapi juga mencari kerja yang akan terjamin kelangsungannya sebagai sumber penghasilan walaupun penghasilannya relatif kecil. Inilah sebabnya kenapa orang lebih menyukai menjadi pegawai negeri dari pada pegawai swasta asing, walaupun perusahaan asing memberikan gaji beberapa kali lipat lebih besar dari gaji pegawai negeri. Pekerjaan sebagai pegawai negeri lebih terjamin kelangsungannya daripada pekerjaan sebagai pegawai swasta.
Bila kebutuhan dasar (makan, minum) dan rasa aman telah terpenuhi di dalam bekerja orang mulai mengejar kebutuhan lain yang lebih tinggi. Orang mulai mencari pekerjaan yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan psikologis seperti merasa dimiliki oleh kelompok kerjanya, ada saling pengertian baik dengan sesama karyawan maupun dengan pihak pimpinannya. Pada tingkatan ini orang membutuhkan perlakuan yang adil, penuh cinta dan kasih. Walaupun perusahaan memberikan gaji yang besar, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi orang akan menjadi rendah semangat kerjanya.
Kebutuhan tingkat selanjutnya akan segera muncul bila kebutuhan yang disebutkan sebelumnya sudah terpenuhi. Kebutuhan akan pengakuan diri adalah kebutuhan tingkat yang keempat. Pada tingkatan ini, orang ingin mendapat pengakuan dari apa-apa yang dikerjakannya. Misalnya karyawan ingin menunjukkan bahwa dirinya dapat berbuat sesuatu untuk kepentingan perusahaan dengan memberikan usul-usul perbaikan sistem kerja. Konflik dalam diri karyawan akan terjadi apabila usul-usul demi perbaikan perusahaan tidak digubris sama sekali oleh pihak atasan. Kebutuhan untuk mengembangkan kreatifitas, berinovasi semata-mata untuk kepuasan diri adalah kebutuhan pada level ini dalam bekerja tidak lagi didorong oleh kebutuhan yang bersifat ekstrinsik seperti uang dan jabatan. Mereka bekerja oleh karena dorongan intrinsik dari dalam diri, yakni ingin berbuat sesuatu yang semata-mata didasarkan pada keinginan diri untuk berbuat sesuatu untuk kepentingan orang banyak.
Konflik dalam diri karyawan akan terjadi dalam perusahaan apabila karyawan merasa kebutuhan yang dikehendakinya tidak dapat diperoleh dari tempat kerjanya. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan usaha untuk memahami 'need' para karyawan, yang antara lain dengan jalur 'counseling service'.
No comments:
Post a Comment