1. Pengertian kepemimpinan antara lain adalah :
a. Sebagai suatu proses pengarahan dan memberikan pengarahan pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya (stoner).
b. Kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan.
2. Pendekatan studi kepemimpinan.
a. Pendekatan kesifatan atau serba sifat (troity).
Pemimpin memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang menyebabkan mereka dapat memimpin para pengikutnya.
1) Menurut Edwin Chisells:
a) Kemampuan akan kedudukan sebagai pengawas (supervisory ability) pelaksanaan fungsi manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan.
b) Kebutuhan prestasi dalam pekerjaan (tanggung jasan dan keinginan proses).
c) Kecerdasan (kebijaksanaan, pemikiran kreatif)
d) Ketegaran (kemampuan membuat keputusan keputusan dan peemcahan amsalah dengan cakap dan cepat).
e) Kepercayaan diri (percaya diri mampu untuk menghadapi masalah).
f) Inisiatif (kemampuan untuk tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru).
2) Menurut Terry
Terry menyebut beberapa sifat penting bagi seorang pemimpin :
a) Penuh energi, baik rohani maupun jasmani.
b) Mempunyai stabilitas dalam emosi dan perasaan, artinya seorang pemimpin tidak boleh berprasangka, berpikir apriori jelek tentang orang-orang bawahannya; ia tidak boleh lekas marah (naik pitam), sebaliknya percaya pada diri sendiri.
3) Menurut pendapat Chester Barnard pemimpin harus mempunyai dua sifat pokok, yaitu :
a) Superioritet-nya pribadi di bidang teknik kepemimpinan dan yang telah ditetapkan.
b) Mempunyai pengetahuan yang luas tentang hubungan manusia. Oleh karena pekerjaannya yang utama erat bersangkutan dengan orang, maka ia harus mengetahui banyak tentang manusia dan hubungan antara manusia.
c) Keinginan untuk menjadi pemimpin harus menjadi daya pendorong yang muncul dari dalam dan tidak didesakkan dari luar. Ia harus mengungkapkan dan memancarkan anthusiasme dalam bekerja.
d) Mempunyai kemahiran dalam mengadakan communication (secara lisan maupun tulisan).
e) Mempunyai kecakapan mengajar, akrena seseorang pemimpin tulen harus pula memberi semangat pada orang-orangnya, ia harus pula dapat memperkembangkan lain orang dan memajukannya.
f) Mempunyai kehamiran di bidang sosial supaya terjamin kepercayaan dan kesetiaan dari pada orang-orangnya.
Ia harus bersifat suka menolong, senang jika orang-orangnya maju, bersifat peramah, dan dapat menghargai pendirian ornag lain.
g) Mempunyai kecakapan teknis, untuk merencana, menyusun organisasinya, mendelegasi kekuasaan, mengambil keputusan, mengawasi dan meneliti dan seterusnya.
4) "Menurut pendapat Karyadi yang mencoba menyebutkan ciri-ciri (sifat-sifat) manajer yang baik, adalah sebagai berikut":
a) Kekuatan jasmaniah dan kekuatan rohaniah yang cukup.
b) Penuh antusias (semangat, kegairahan) dalam pencapaian tujuan.
c) Ramah tamah,. Penuh perasaan dan rendah hati.
d) Integritas / ketulusan hati / kejujuran.
e) Kebapakan (sifat ngemong) dan suka melindungi.
f) Penuh keyakinan / percaya pada diri sendiri.
g) Berani dan bertanggung jawab.
h) Ulet dan tahan uji.
i) Adil
j) Memiliki kecakapan teknis, cerdas dan cepat dalam membuat keputusan.
k) Setia/loyal dan sepi ing pamrih.
l) Waspada.
m) Fleksibel dan bijaksana
n) Penuh inisiatif
o) Simpatik dan penuh daya tarik.
p) Memiliki humor yang segar
q) Tegas
r) Onjektif
s) Kemauan mendengarkan.
Bagi seorang manajer yang berpredikat baik, tidak mutlak harus memiliki semua ciri-ciri manajer yang baik seperti berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Dengan demikian timbullah ciri-ciri manajer yang berjiwa Pancasila, yang mengejawantahkannya sebagai berikut":
1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Dengan selalu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka sifat-sifat yang baik dari seorang manajer akan terjamin dalam pelaksanaannya.
2) Ing ngarso sung tulodho
Memberi suri teladan kepada para bawahannya dalam lingkungan organisasinya, dengan contoh/pelaksanaan kerja secara riil.
3) Ing madya mangun karso
Seorang manajer harus mampu membangkitkan semangat kerja para bawahannya, berusaha dan berpikir sendiri dan memberi kesempatan dan memupuk kemampuan bawahannya untuk dapat berkembang.
4) Tut wuri handayani
Seorang manajer harus mampu mendorong para bawahannya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab, berjalan di depan artinya mengambil prakarsa dalam melaksanakan tugas tertentu.
5) Waspodo purbo waseso
Selalu waspada, sanggup mengawasi dan memberi koreksi kepada para bawahannya.
6) Ambek paromo arto.
Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7) Prasojo
Sederhana/tidak berlebih-lebihan.
8) Setyo
Bersikap loyal baik terhadap tugas maupun terhadap sesama anggota organisasi secara timbal balik (vertikal dan horizontal) yang didasari oleh semangat kekeluargaan / kesetiakawanan.
9) Gemi nastiti
Mampu mengatasi penggunaan/pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan (tidak bersifat boros).
10) Beloko
Bersedia untuk dikoreksi oleh pihak lain dan berani mempertanggung jawabkan atas segala tindakannya.
11) Legowo
Berjiwa besar dan iklas apabila suatu saat untuk menyerahakan segala tanggung jawabnya dan kedudukannya kepada generasi berikutnya (regenerasi).
b. Pendekatan perilaku-perilaku (behaviors).
Pendekatan ini mencoba untuk menentukan apa yang dilakukan oleh para pemimpin efektif.
Memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan.
1) Fungsi kepemimpinan
Pendekatan ini menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya.
a) Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah.
b) Fungsi pemeliharaan kelompok (group-maintenance) atau sosial.
Fungsi pertama menyangkut pemberian saran, informasi, pendapat tentang penyelesaian tugas.
Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantun kelompok berjalan lebih lancar (persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat dan sebagainya).
2) Gaya kepemimpinan
Memutuskan gaya kepemimpinan dalam hubungannya dengan bawahan.
a) Gaya kepemimpinan dengan orientasi tugas (task oriented).
Pemimpin yang berorientasi tugas menyerahkan dan mengawasi bawahan secara ketat untuk menjamin tugas dilaksanakan sesuai dengan keinginannya, lebih menekankan pelaksanaan tugas dari pada pengembangan dan pertumbuhan karyawan.
b) Gaya kepemimpinan dengan orientasi karyawan (employee oriented)
Pemimpin mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas dengan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.
Gaya Kepemimpinan
1. Penelitian oleh Universitas Ohio
Membuat kesimpulan bahwa tingkah laku kepemimpinan merupakan suatu derajat dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu struktur pemrakarsa (initiating structure) dan pertimbangan (considerant).
Struktur Pemrakarsa, menjelaskan bahwa seseorang pemimpin itu mengatur dan menentukan pola organisasi, saluran komunikasi, struktur peran dalam pencapaian tujuan organisasi dan cara pelaksanaannya.
Pertimbangan, menggambarkan hubungan yang hangat antara seorang atasan dan bawahan adanya saling percaya kekeluargaan dan penghargaan terhadap gagasan bawahan.
Derajat pertimbangan tinggi cenderung memberi kepuasan bawahan dan tingkat perputaran karyawan paling rendah.
Derajat struktur tinggi cenderung menimbulkan ketegasan pimpinan, banyak menimbulkan keluhan bawahans edang tingkat perputaran karyawan tinggi.
2. Kisi-kisi manajerial dari Blake dan Manton
Blake dan manton membedakan lima tipe tingkah laku manajemen yang mengandung temperamen dan kekuatan seseorang dan disebut kisi-kisi manajerial (managerial grid). Kelima tingkah laku diperoleh dari derajat kombinasi antara dua pola tingkah laku, yaitu :
a. Orientasi/perhatian manajer terhadap produksi.
b. Orientasi/perhatian manajer terhadap karyawan/ manusia.
3. Pendapat dari Rensis Likert
Rensis Linkert juga menggunakan dua kategori gaya, yaitu orientasi tugas dan orientasi karyawan dalam model efektivitas manajemen.
Dalam model tersebut terdapat empat sistem kepemimpinan :
a. Sistem 1. Manajemen Eksploitatif dan otoritatif.
Manajemen menentukan seluruh keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintahkan bawahan untuk melaksanakannya.
b. Sistem 2. Manajemen otoritatif yang baik hati.
Manajemen tetap menentukan perintah-perintah kerja, tetapi bawahan diberi fleksibilitas dalam melaksanakan.
c. Sistem 3. Manajemen Konsultatif
Manajemen menentukan tujuan dan sasaran, sedang bawahan bisa memberikan pendapat dalam cara-cara mencapainya.
d. Sistem 4. Manajemen Partisipatif
Manajemen menentukan tujuan dan keputusan setelah dibahas bersama bawahan, sehingga bawahan merasa dibutuhkan dan penting.
c. Pendekatan situasional
Pandangan/pendekatan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektivitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi tugas-tugas yang dilakukan, ketrampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan.
Mary Parker Pollets yang mengembangkan hukum situasi, menyatakan bahwa ada 3 variabel yang mempengaruhi gaya pemimpin :
1) Pemimpin
2) Bawahan/pengikut
3) Situasi
Ketiga-tiganya saling berhubungan dan berorientasi
Berbagai penelitian menunjukkan kompleksitas kepemimpinan dimana ada lebih banyak variabel yang saling berhubungan terlihat. Variabel-variabel tersebut :
- faktor makro
- faktor mikro
4. Teori Tanaenboun dan Schimidt
Menurut mereka gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh 3 kekuatan pokok yaitu :
a. Kekuatan dalam diri manajer
b. Kekuatan dalam diri bawahan
c. Kekuatan dari situasi kerja
Kekuatan tersebut mempengaruhi derajat gaya kepemimpinan sebagai berikut :
Menurut teori tersebut pemimpin yang efektif harus fleksibel, yaitu mampu memilih kepemimpinan sesuai dengan keinginannya, kebutuhan organisasi dan situasi yang dihadapi (menyesuaikan waktu dan tempat) dengan maksuad agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
trims sangat membantu kami
ReplyDelete