Friday, February 25, 2011

Penempatan Tenaga kerja dan Pemeliharaan

Langkah terakhir dalam proses mendapatkan SDM adalah menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang lowong/tersedia. Agar tenaga kerja dapat bekerja sepenuhnya maka diperlukan pemberian motivasi berupa pemeliharaan.

Dalam garis besarnya jenis motivasi dapat digolongkan...dalam rangka pemiliharaan:
  • Segala daya perangsang yang dapat dinilai dengan uang umpamanya: gaji, biaya transport dan sebagainya.
  • Segala daya perangsang yang tak dapat dinilai dengan uang, umpamanya sikap baik atasan terhadap bawahan, dan sebagainya.
  • Segala daya perangsang yang tidak termasuk ke dalam dua golongan di atas, antara lain : kondisi pekerjaan yang menyenangkan. rekreasi, penjagaan kesehatan dan pemberian informasi.

Thursday, February 24, 2011

Latihan dan Pengembangan SDM

Tujuannya adalah memberikan bekal dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kerja agar dapat bekerja dengan efektif dan efisien.

Metodenya dapat digolongkan menjadi dua:
1. Metode pengembangan tenaga kerja manajerial. Karakteristik tenaga kerja manajerial adalah...cara umum mempunyai wewenang terhadap tenaga kerja lain dan juga dituntut pengetahuan yang luas, kemampuan mengambil keputusan dan lain-lain.
  • Metode pengembangannya:
  • Metode sekolah, ceramah
  • Metode diskusi
  • Metode kasus
2. Metode pengembangan tenaga kerja non manajerial. Tujuan utama (khususnya) ialah meningkatkan produktivitas, memperbaiki moral kerja, mengurangi pengawasan dari atasan, mengurangi kesalahan/kecelakaan dan meningkatkan kestabilan tenaga kerja.

    Disamping ada kegiatan pelatihan dan pengembangan dilakukan pula kegiatan orientasi. Tujuan orientasi adalah memberikan gambaran yang menyeluruh tentang perusahaan agar tenaga kerja tersebut tidak merasa asing dan dapat bekerja dengan sepenuh hati.
    Adapun gambaran menyeluruh tersebut:
    • Sejarah perusahaan
    • Hasil produksi
    • Struktur organisasi
    • Tata kerja
    • Kesejahteraan tenaga kerja
    • Aturan kenaikan pangkat/jabatan dan lain-lain

    Penarikan dan Seleksi Tenaga Kerja


    a. Sumber tenaga kerja :
    1) Dari dalam perusahaan itu sendiri.
    2) Teman-teman tenaga kerja perusahaan.
    3) Kantor penempatan tenaga kerja.
    4) Lembaga Pendidikan.
    5) Serikat pekerja.
    6) Melalui iklan.
    b. Seleksi tenaga kerja
    Pada umumnya proses seleksi sebagai berikut :
    1) Pengisian formulir, antara lain memuat:
    a) Pengenal diri : nomor, alamat
    b) Status
    c) Ketahanan fisik
    d) Pendidikan
    e) Dan lain-lain.
    2) Test psikologi, meliputi:
    a) Achievement test: mengukur apa yang dapat dilakukan oleh tenaga kerja pada saat melamar.
    b) Attitude test: mengukur kesanggupan atau bakat tenaga kerja.
    c) Intelligence test: mengukur aspek-aspek inteligensia tenaga kerja.
    d) Interest test: untuk mengetahui minat atau aktivitas apa yang paling menarik.
    e) Personality test: untuk mengetahui kepribadian tenaga kerja.
    3) Wawancara
    Dilakukan untuk mengetahui apakah calon tenaga kerja memiliki kualifikasi yang tercantum dalam analisa jabatan dari jabatan yang kelak akan dipangkunya.
    4) Referensi
    Adalah keterangan tentang diri calon tenaga kerja tersebut dari oang atau lembaga lain yang mengetahui tentang keadaan diri calon tenaga kerja. Keterangan tersebut dapat diperoleh dari : sekolah asal tenaga kerja, pejabat pemerintah, guru/dosen yang telah mengajar calon tenaga kerja dan sebagainya.
    5) Test kesehatan
    Test atau seleksi kesehatan ini dapat dilakukan pada akhir seleksi: tetapi kadang-kadang juga diawal seleksi keseluruhan.

    Perencanaan Pengadaan Tenaga Kerja

    Perencanaan Pengadaan Tenaga Kerja.

    a. Perencanaan yang sifatnya kuantitatif.

    1) Analisa beban kerja (work load analysis).

    Suatu proses penentuan jumlah jam kerja orang (man hours) untuk menyelesaikan suatu beban kerja tertentu.

    2) Analisa tenaga kerja (work force analysis)

    Suatu proses penentuan kebutuhan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk mempertahankan kontinuitas perusahaan.

    b. Analisa Jabatan (Kualitatif)

    Proses mempelajari dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan suatu jabatan sehingga dapat diperoleh keterangan-keterangan yang perlu untuk dapat memiliki jabatan itu guna keperluan-keperluan tertentu.

    Hasil dari analisa jabatan (job analysis) :

    1) Diskripsi jabatan (job description).

    Keterangan tertulis yang meliput tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, hubungan-hubungan baik keatas maupun kebawah dan lain-lain dari suatu jabatan.

    2) Spesifikasi jabatan (job specification).

    Keterangan tertulis yang menunjukkan kualitas dan persyaratan minimal bagai tenaga kerja yang dapat diterima dan dimaksudkan mampu melaksanakan tugas jabatan yang akan dibebankan.

    Managemen SDM

    Manajemen SDM adalah manajemen yang mengelola kegiatan atau fungsi dalam mendapatkan tenaga kerja, melatih/mengembangkan dan menempatkan pada jabatan yang tersedia (cocok), memeliharanya sampai timbul pemutusan hubungan kerja.

    Fungsi manajemen SDM :

    1. Perencanaan pengadaan tenaga kerja.

    2. Penarikan dan seleksi tenaga kerja.

    3. Latihan/pengembangan tenaga kerja.

    4. Pengenalan dan orientasi.

    5. Penempatan tenaga kerja dan pemeliharaan.

    Saturday, February 19, 2011

    Pelaksanaan Etika Manager Berdasarkan kepada Pendekatan Fungsi Operasional Perusahaan

    Yang dimaksud fungsi operasional perusahaan adalah fungsi-funsi yang harus dilakukan agar tercapai tujuan perusahaan yaitu mendapatkan laba. Adapun fungsi operasional perusahaan adalah fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia dan fungsi keuangan. Sebetulnya pendekatan etika bisnis berdasarkan fungsi operasional perusahaan lebih menegaskan tentang etika bisnis tersebut diatas, merupakan tanggung jawab bagian atau fungsi yang mana yang ada diperusahaan. Secara total sebetulnya etika bisnis yang harus dilakukan perusahaan sebagaian besar telah disampaikan diatas sebagai tanggung jawab perusahaan secara keseluruhan kepada seluruh golongan masyarakat dan lembaga yang ada.

    • Etika manajer berdasarkan fungsi produksi.
    Fungsi produksi adalah semua kegiataan operasional perusahaan yang berkaitan dengan mengasilkan barang atau jasa yang akan dipasarkan oleh perusahaan. Berkaitan dengan kegiatan produksi tersebut maka perusahaan harus melaksanakan etika manajer sebagai berikut:
    1. Menghasilkan barang dengan kualitas bahan baku yang standar dan hasil produksi dengan kualitas yang standar yang menjamin tidak membahayakan kehidupan masyarakat. 
    2. Manajer harus memberikan perlindungan kepada semua personalia yang bekerja menghasilkan barang dan jasa. 
    3. Di dalam menghasilkan barang dan jasa menggunakan peralatan atau mesin-mesin yang menjamin keselamatan pekerja. 
    4. Produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan bukan tiruan atau plagiat dari hasil produksi perusahaan lain yang dilakukan dengan cara yang tidak syah. 
    5. Di dalam menghasilkan barang dan jasa harus tepat kualitas, tepat harga dan waktu penyerahan kepada masyarakat sesuai dengan kesepakatan. 
     
        •  Etika manajer berdasarkan fungsi pemasaran.
        Fungsi pemarasan adalah fungsi perusahaan yang berhubungan dengan usaha untuk menyampaikan barang sehingga pemakai barang mendapatkan kepuasan dan disisi lain perusahaan mendapatkan laba atau keuntungan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut manajer harus melaksanakan etika manajer sebagai berikut:
          1. Memberikan informasi barang kepada pemakai atau konsumen dengan sebenarnya.
          2. Promosi termasuk iklan yang dikeluarkan tidak menyinggung nilai moral masyarakat dan tidak bersifat berdusta.
          3. Menyerahkan barang sesuai dengan kesepakatan dengan pembeli.
          4. Menerima komplin atau pengembalian atas barang yang rusak atau cacat dari pembeli.
          5. Memberikan pelayanan purna jual seperti yang dijanjikan perusahaan. 
           
              • Etika manajer berdasarkan fungsi Sumber Daya Manusia.
              Fungsi sumber daya manusia adalah fungsi yang berhubungan dengan usaha penarikaan, pengembangan, penempatan, pemgembangan karyawan dan pemiliharaannya termasuk pengaturan penggajian dan kesejahteraannya. Fungsi ini pada prinsipnya berhubungan dengan pengaturan sumber daya manusia dan sekaligus pengaturan kesejahteraanya agar para karyawan dapat melaksakan tugasnya secara bergairah dan menyenangkan. Oleh karena itu harus dirumuskan etika yang berhubungan pelaksanaan fungsi tersebut. Adapun etika manajer untuk melaksanakan fungsi sumber daya maanusia antara lain adalah:
              1. Manajer secara prinsipil tidak membedakan sumber tenaga kerja dari jenis kelamin laki-laki atau perempuan, ras maupun agama,
              2. Manajer harus memberikan kesempatan karyawan untuk berkembang dan kenaikan pangkatnya.
              3. Manajer tidak membedakan tingkat upah karyawan kali-kali dengan perempuan.
              4. Manajer memberikan upah yang layak sesuai dengan prestasi karyawaan, demikian juga kesejahteraan lainnya.
              5. Manajer memberikan konpensasi atau gaji tepat waktu.
              6. Apabila ada perselisihan antara perusahaan dan karyawan maka diselesaikan dengan musyawarah, bukan dengan pemecatan karyawan.

                  • Etika manajer berdasarkan fungsi keuangan.
                  Fungsi keuangan adalah fungsi yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan perusahaan. Meliputi usaha mendapatkan dana dan usaha menggunakaan dana agar perusahaan dapat melakukan kegiatannya secara baik dan lancar. Pelaksanaan fungsi ini berhubungan dengan eksternal dan internal perusahaan. Adapun etika yang harus dilaksanakan oleh fungsi ini adalah antara sebagai berikut:
                  1. Manajer melakukan pembayaran hutang tepat waktu sesuai dengan kesepakatan di dalam perjanjian.
                  2. Manajer melakukan pembayaran kepada pemasok atas pasokannya kepada perusahaan sesuai dengan kesepakaatannya.
                  3. Manajer harus memberikan ganti rugi kepada, karyawan, pemasok, konsumen dan masyarakat umumnya yang dirugikan perusahaan.
                  4. Manajer harus mencegah adanya kemungkinan tindakan korupsi perusahaan oleh siapapun.
                  5. Manajer dapat memberikan data keuangan secara benar guna penetapan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan kepada pemerintah.

                    Demikian antara lain bentuk-bentuk pertanggung jawaban manajer yang dinyatakan dalam etika manajer. Karena pelaksanaan etika manajer tersebut sering hanya dipandang sebagai kewajiban, sehingga untuk melaksanakannya sering dianggap berat. Tetapi sebaliknya apabila manajer di dalam melaksanakan etikanya memimpin perusahaan dengan penuh kesadaran akan meningkatkan emage terhadap perusahaannya, bahkan juga terhadap hasil produksi dan terhadap dirinya. Atas meningkatnya emage positif tersebut akan mengangkat popularitas perusahaan, manajernya bahkan terhadap hasil produksinya, sehingga dapat berdampak meningkatnya volume penjualan atau pangsa pasarnya yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan perolehan laba. Oleh karena itu di dalam jangka panjang akan meningkatkan akumulasi modal perusahaan yang akhirnya perusahaan yang dipimpinnya akan dapat melangsungkan hidupnya dan itulah hakekatnya tujuan jangka panjang perusahaan dan manajernya.

                    Pelaksanaan Etika Manager Berdasarkan kepada Pendekatan Masyarakat

                    Di dalam pendekatan ini, tanggungjawab manajer perusahaan di dalam melakukan kegiatan perusahaan atau bisnis yang mendasarkan etika ditujukan kepada masyarakat atau lembaga yang ada hubungannya dengan perusahaan baik secara langsung atau tidak langsung, dan secara internal dan eksternal. Adapun etika manajer tersebut antara lain ditujukan kepada sebagai berikut:
                    a. Etika manajer secara internal.
                    Pengertian internal atau orang atau atau satuan organisasi yang berhubungan langsung dengan kegiatan perusahaan atau bisnis, sekaligus orang atau unit tersebut adalah ada hubungannya secara langsung dengan proses kegiatan perusahaan atau bisnis, antara lain adalah: karyawan dan pemilik perusahaan.
                    1) Etika manajer terhadap karyawan.
                    Karyawan adalah sumber daya manusia yang melaksanakan operasional kegiatan bisnis perusahaan. Sedangkan manajer sumber daya manusia yang mengatur dan memimpin jalannya kegiatan perusahaan atau bisnis. Kedua sumber daya ekonomi tersebut sangat menentukan keberhasilan bisnis. Ketidak puasan karyawan karena suatu keputusan manajer menimbulkan terganggunya kegiatan bisnis perusahaan. Adapun pelaksanaan etika manajer terhadap karyawan antara lain adalah:
                    a) Menyampaikan semua ketentuan yang berhubungan dengan ketentuan ketenagaaan kerjaan kepada karyawan dan manajer semua tingkatan.
                    b) Memberikan upah yang wajar, syukur sesuai dengan kesepakatan antara karyawan dengan pemilik perusahaan, minimum sama dengan biaya hidup minimum.
                    c) Tidak membedakan tingkat upah karyawan perempuan dan karyawan laki-laki.
                    d) Membayar upah karyawan sesuai dengan saat atau waktu yang tepat atau ditentukan.
                    e) Memberikan informasi kepada karyawan tentang kemajuan dan kemunduran kegiatan bisnis perusahaan.
                    f) Memberikan kesempataan kepada karyawan untuk berkembang dengan tidak menganggu kegiatan perusahaan, syukur dengan fasilitaas perusahaan.
                    g) Melaksanakan ketentuan yang berhubungan dengan seluruh kewajiban untuk mensejahteraan karyawan, umpamanya ketentuan cuti, ijin tidak masuk kerja, promosi, pensiun dan sebagainya.
                    h) Melaksanakan hak-hak karyawan sesuai yang diatur di dalam Undang-undang dan peraturan yang syah.
                    i) Perusahaan menetapkan dan melaksanakan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi karyawan dan manajer.
                    2) Etika bisnis terhadap pemilik perusahaan (owner)
                    Pemilik perusahaan adalah orang atau lembaga yang menanamkan modalnya diperusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan berupa pembagian dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu pemilik perusahaan adalah pihak yang paling berkepentingan atas bisnis perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dan keberlangsungan hidup perusahaan. Manajer perusahaan yang digaji oleh perusahaan harus mengetrapkan etikanya terhadap para pemiliknya. Adapun pelaksanaan etika manajer terhadap pemilik antara lain adalah:
                    a) Perusahaan yang dipimpinnya selalu memberikan informasi tentang seluruh aspek kegiatan perusahaan secara benar kepada pemilik perusahaan.
                    b) Perusahaan yang dipimpinnya memberikan hak-hak pemilik perusahaan termasuk hak untuk mendapat pembagaian laba.
                    c) Perusahaan yang dipimpinnya menyelenggarakan rapat pemilik perusahaan untuk memutuskan berbagai hal yang berhubungan dengan hak-hak pemilik perusahaan.
                    b. Etika manajer secara eksternal.
                    Pengertian eksternal atau orang atau lembaga yang berhubungan tidak langsung dengan kegiatan bisnis, tetapi turut berpengaruh atau dipengaruhi oleh proses kegiatan bisnis, antara lain adalah: pelanggan atau konsumen, pemasok, perusahaan pesaing, organisasi karyawan, pendana, pemerintah dan masyarakat umum.
                    1) Etika manajer terhadap konsumen.
                    Konsumen atau pelanggan adalah orang atau lembaga yang menggunakan barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Hubungan perusahaan dengan konsumen adalah hubungaan yang langsung dan sangat menentukan di dalam keberhasilan bisnis. Karena loyalitas konsumen diperlukan di dalam menjaga kelangsungan hidup perusaahaan. Oleh karena itu perusahaan harus selalu menjaga hubungannya dengan para pelanggannya, sehingga manajer harus melaksanakan etikanya terhadap konsumen. Adapun pelaksanaan etika manajer terhadap konsumen antara lain sebagai berikut:
                    a) Memberikan pelayanan kepada konsumen sebaik-baiknya.
                    b) Barang yang dijual kepada konsumen harus aman, baik gunanya atau cara penggunaannya.
                    c) Tidak membohongi konsumen dalam hal harga, kwalitas dan tempat penyerahan barang.
                    d) Menunjukan kepada konsumen tentang kualifikasi atau sifat-sifat barang yang dijual dengan sebenarnya.
                    e) Memberikan garansi kepada konsumen apabila apabila barang yang telah dibeli konsumen senyataan cacat.
                    f) Memberikan informasi tentang bisnisnya dengan sebenar-benarnya, baik lewat iklan atau penjelasan lisan.
                    2) Etika manajer terhadap pemasok.
                    Yang dimaksud pemasok adalah lembaga yang memberikan pemenuhan kebutuhan perusahaan sehingga dapat menjalankan kegiatan perusahaannya. Adapun etika manajer kepada pemasok antara lain dalah:
                    a) Menerima pasokan sesuai dengan permintaan perusahaan.
                    b) Membayar harga barang pasokan sesuai dengan yang disepakati.
                    c) Kalau terjadi kesalahan pasokan sebaiknya dimusyawarahkan bersama pemasok dengan sebaik-baiknya.
                    d) Membina saling pengertian dan saling menguntungkan kepada pemasok.
                    3) Etika manajer terhadap perusahaan pesaing.
                    Perusahaan pesaing adalah perusahaan yang menjalankan bisnis yang sama dengan yang dilakukan suatu perusahaan.
                    Walaupun mengadapi perusahaan pesaing suatu perusahaan selalu menjaga etika manajer terhadap pesaingnya. Adapun etika manajer terhadap pesaingnya antara lain adalah:
                    a) Suatu perusahaan tidak menjelekkan pesaingnya dengan cara apapun.
                    b) Tidak melakukan peniruan atau melakukan reproduksi barang hasil produksi perusahaan pesaingnya.
                    c) Tidak mengunakan merk barang pesaingnya.
                    d) Tidak boleh merusak atau memusnahkan barang perusahaan pesaingnya di dalam rangka memenangkan penguasaan pasar atau persaingan.
                    4) Etika manajer terhadap organisasi karyawan.
                    Organisasi karyawan sangat besar pengaruhnya di dalam memberikan motivasi kepada karyawan dan memperjuangkan kesejahteraan karyawan, walaupun walaupun demikian organisasi karyawan tidak harus di pandang sebagai musuh perusahaan. Oleh karena itu di dalam menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan organisasi karyawan, manajer harus melakukan etika kepadanya. Adapun etika manajer terhadap organisasi karyawan antara lain adalah:
                    a) Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memasuki organisasi karyawan sesuai dengan aspirasinya.
                    b) Mengatur dan menjaga hubungan baik dengan organisasi karyawan sesuai dengan kesepakatannya.
                    c) Kalau terjadi persoalan ketenagaan kerjaan antara karyawan atau organisasi karyawan diselesaikan secara musyawarah.
                    d) Dengan konsekwen melaksanakan perjanjian kerja yang disepakati dengan organisasi karyawan dalam bentuk Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).
                    5) Etika manajer terhadap pendana.
                    Pendana adalah perorangan atau lembaga yang memberikan pasokan uang atau dana yang digunakan untuk pembiayaan operasi perusahaan, umpanya adalah bank atau lembaga keuangan yang lain. Sebab hampir tidak mungkin semua dana yang dibutuhkan perusahaan dapat dipenuhi sendiri oleh pemiliknya, sehingga memerlukan pasokan dana dari fihal lain. Oleh karena itu maka hubungan baik dengan lembaga pendana tersebut harus dijaga dengan melaksanakan etika manajer. Adapaun etika manajer terhadap organisasi karyawan antara lain adalah:
                    a) Menjaga barang milik perusahaan yang digunakan untuk tanggungan mendapatkan dana.
                    b) Menempati janji untuk melakukan angsuran pinjaman dana dengan jumlah dan waktu yang disepakati.
                    c) Kalau terpaksa tidak dapat menetapi kesepakatan terhadap pendana, harus menyampikan alasannya yang senyatanya dan permintaan maaf serta melakukan persetujuan yang baru.
                    d) Menggunakan dana sesuai dengan kesepakatan dengan pendana.
                    e) Harus melunasi seluruh pinjaman dana tepat pada waktunya.
                    6) Etika manajer terhadap pemerintah.
                    Pemerintah adalah lembaga eksekutif yang melakukan regulasi kegiatan bisnis dalam suatu negara, walaupun regulasinya ditetapkan bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi pemerintah yang akan perturan yang lebih detail tentang peraturan-peraturan yang berhubungan dengan kegiatan atau praktek bisnis. Bentuk peraturan yang keluarkan pemerintah adalah dalam rangka untuk menjaga terjadinya aktivitas ekonomi, sehingga menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan pemerintah. Pada akhirnya perkembangan ekonomi masyarakat akan berdampak positif terhadap perkembangan perusahaan. Adapun etika manajer terhadap pemerintah antara lain adalah:
                    a) Perusahaan harus mematuhi undang-undang dan peraturan khususnya yang berhubungan kegiatan bisnis, umpamanya ijin usaha dan lain-lain.
                    b) Menjaga ketertiban di dalam berbisnis, khususnya menjaga dampak negatif dari polusi, baik polusi udara, polusi air maupun suara. Sehingga perusahaan diwajibkan untuk melakukan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
                    c) Membayar pajak dan restribusi yang ditetapkan pemerintah sesuai dengan ketentuannya masing-masing.
                    d) Membantu pemerintah ikut mengembangkan pendidikan masyarakat.
                    7) Etika manajer terhadap masyarakat.
                    Masyarakat adalah orang atau kumpulan orang atau lembaga pada umumnya yang secara langsung atau tidak langsung mempunyai hubungan dengan kegiatan bisnis perusahaan. Oleh karena itu manajer harus melakukan etika terhadap masyarakat. Adapun etika manajer terhadap masyarakat, antara lain adalah:
                    a) Perusahaan harus menjaga agar tidak terjadi pengaruh negatif dari limbah perusahaan.
                    b) Perusahaan menjaga kualitas barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, barang yang sudah tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan harus ditarik dari masyarakat.
                    c) Kualitas pelayanan yang diberikan tidak dibeda-bedakan atas perbedaan karekteristik masyarakat.
                    d) Di dalam melakukan promosi yang dapat di nikmati seluruh masyarakat tidak menyinggung harkat dan martabat masyarakat itu sendiri.
                    e) Apabila ada komplin dari masyarakat karena kegiatan bisnisnya, maka harus ditanggapi dengan bijaksana berdasar aturan dan ketinggian moralitas.
                    f) Masyarakat tidak dibohongi dengan barang-barang tiruan.

                    Pelaksanaan Etika Manager

                    Etika manajer adalah merupakan suatu penerapan tanggungjawab sosial perusahaan atau bisnis, karena kegiatan perusahaan atau bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etika terhadap orang atau lembaga lain yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan tersebut. Adapun secara garis besarnya kegiatan perusahaan meliputi beberapa fungsi antara lain adalah fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manasial atau personalia dan fungsi keuangan.

                    Berdasarkan atas pertimbangan tersebut maka pelaksanaan etika manajer dapat diterangkan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan atau bisnis, dan yang kedua pendekataan fungsi operasional perusahaan. Kedua pendekatan tersebut intinya sama yaitu bagaimana kegiatan perusahaan atau bisnis harus mempunyai tanggungjawab sosial yang berlandaskan etika manajer.

                    Etika Manager

                    Tanggungjawab sosial perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan etika bisnis yang dapat juga disebut etika manajer, karena kegiatan perusahaan dipimpin oleh para manajer. Seperti disampaikan sebelumnya bahwa pelaksanaan tanggung jawab tersebut disamping karena adanya ketentuan atau dorongan dari luar perusahaan, tetapi dorongan yang utama untuk melakukan janggungjawab manajer adalah dari moralitas atau etika. Karena kedua istilah tersebut sering dipakai secara setara sehingga untuk ahasan tertentu dapat disamakan artinya. Sehubungan dengan itu, secara teoritis ada yang membedakan dua pengertian etika dan moralitas, kendati di dalam penggunaan praktis sering tidak mudah dibedakan. Pertama etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti "adat istiadat" atau "kebiasaan". Dalam pengertian etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau suatu kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan. (Dr. A. Sonny Keraf, Etika Bisnis, Pustaka Filsafat,hal.14)

                    Pengerian etika sama dengan moralitas. Moralitas berasal dari kata Latin mos, yang dalam bentuk jamaknya (mores) berarti "adat istiadat" atau "kebiasaan". Jadi, dalam pengertian yang pertama ini yaitu pengertian harfiahnya, etika dan moralitas, sama-sama berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana laiknya bentuk aturan. (Dr. A. Sonny Keraf, Etika Bisnis, Pustaka Filsafat,hal.14)

                    Dari pendapat tersebut diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, bahwa:

                    a. Bahwa istilah etika sering diartikan sama dengan moralitas.

                    b. Etika maupun moralitas menunjukkan kebiasaan hidup yang baik-baik. Sehingga orang yang tidak menunjukkan kebiasaan yang baik sering disebut tidak mempunyai etika atau tidak bermoral.

                    c. Kebiasaan hidup yang baik-baik tersebut terinternalisasi pada setiap orang dan menjadi perilaku yang terulang-ulang sebagai sebuah kebiasaan.

                    Kebiasaan yang baik bersandar pada sistem nilai yang dianut dalam bentuk aturan-aturan atau norma-norma, dan sistem tersebut mendasarkan ajaran agama dan budaya. Sehingga ajaran agama dan budaya adalah sebagai sumber etika dan moralitas yang dianut.

                    Walaupun pada dasarnya manusia itu adalah baik, tetapi di dalam pengalaman berlajarnya atau pengalaman hidupnya akan mendapatkan pengaruh-pengaruh yang negatif, akhirnya ada manusia yang tidak atau kurang beretika didalam perilakunya. Sehingga untuk memberikan kesadaran agar mereka bertingkah laku yang beretika maka diperlukan interpensi berupa aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi.

                    Karena kegiatan perusahaan pada hakekatnya adalah kegiatan bisnis dan kegiatan tersebut yang dilakukan orang yaitu manajer, maka di dalam menjalankan perusahaan manajer harus mendasarkan perilaku yang beretika, dan disebut etika bisnis atau etika manajer.

                    Pendekatan Tanggungjawab Sosial Manager

                    Tanggungjawab sosial lahir dari suatu landasan moral dan dasar berfikir bahwa manusia adalah makluk yang termasuk di dalam "Homo Sosius" atau dengan kata lain makluk sosial. Manusia tidak dapat hidup dan bertahan atau "survive" di dunia ini tanpa adanya bantuan dan interaksi dengan manusia-manusia lainnya dan juga manusia hanya dapat bertahan jika ia hidup berkelompok. Dasar berfikir semacam ini kemudian dikembangkan dengan asumsi, bahwa karena manusia hanya dapat hidup berkelompok maka iapun mempunyai kewajiban dan tanggungjawab terhadap sesama manusia atau disebut tangungjawab sosial.

                    Manusia sebagai "Homo Socius" juga diyakini oleh para ahli ilmu sosial termasuk Emile Durkhein (Francisia ES, Usahawan, no.10 th XXI). Durkheim dalam usulannya mengenai pembagian kerja di dalam masyarakat berpendapat bahwa hal ini sangatlah berpengaruh terhadap struktur masyarakat yang terus sedang mengalami perubahan. Pembagian kerja yang bersifat umum dan belum memiliki tingkat spesialisasi yang tinggi akan melahirkan suatu "solidaritas mekanik" dimana kesadaran kolektif bersama menjadi landasan bersama. Sedangkan pada "solidaritas organik" dasar utamanya adalah pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi akibat berkembangnya pembagian kerja yang semakin komplek.

                    Atas perbedaan pendekatan kondisi struktur masyarakat berupa "solidaritas mekanik" dan "solidaritas organik", maka akan menimbulkan pendekatan tanggung-jawab sosial yang berbeda. Oleh karena itu maka tanggungjawab sosial yang timbul pada masyarakat dengan solidaritas mekanik akan berbeda dengan tanggungjawab sosial pada masyarakat dengan solidaritas organik.

                    Dasar tanggung jawab sosial manajer pada solidaritas mekanik adalah karena adanya komitmen moral terhadap kesamaan pandangan hidup, kepercayaan, dan nilai-nilai bersama yang terdapat di dalam masyarakat. Sedangkan tanggung jawab sosial manajer pada masyarakat dengan solidaritas organik lebih dilandasi oleh adanya rasa saling tergantung dan saling membutuhkan.

                    Di dalam konteks seperti itu maka perusahaan yang dipimpin para manajer dan berdiri di tengah-tengah masyarakat juga menetapkan dirinya mempunyai kwajiban tangggung jawab sosial perusahaan. Dasar dari kewajiban itu disamping didasarkan pada komitmen moral akan kesamaan di dalam pandangan hidup, nilai, ataupun kepercayaan bersama dengan para anggota dan berbagai kelompok lainnya yang ada di dalam masyarakat, juga didasarkan oleh kesadaran bahwa perusahaan itu tergantung pada pihak-pihak lain untuk bukan sekedar survive, tetapi juga dapat terus menarik keuntungan atau laba yang semakin besar. Harus difahami bahwa sebuah perusahaan secara umum tergantung pada masayarakat umum (publik) sebagai konsumen yang membeli hasil produksinya baik berupa produk atau jasa. Perusahaan juga tergantung pada perusahaan-perusahaan lainnya yang mempunyai hubungan dagang dengannya, tergantung pada karyawan dan buruh yang bekerja untuk menghasilkan produknya, tergantung pada pemerintah untuk mendapatkan ijin berusaha, tergantung pada bank atau badan keuangan lainnya untuk mendapatkan dana, dan juga tergantung pada masyarakat setempat dimana perusahaan didirikan demi kelancaran dan keamanan perusahaannya. Dilihat dari pandangan perusahaan harus bertanggung jawab, dalam perkembangannya ada dua pendekatan yaitu pendekatan untuk mendapatkan keuntungan untuk pemilik (owner approach) dan pendekatan tangungjawab sosial kepada seluruh masyarakat yang terlibat, berhubungan atau berkepentingaan dengan perusahaan (stakeholder approach).

                    Stakeholder approach atau pendekatan stakeholder terbagi dalam dua hal yakni internal dan eksternal. Umumnya semua perusahaan telah menerapkan sisi internal; harapan pemegang saham telah dipenuhi, gaji karyawan telah dibayar serta kesejahteraannya sudah diperhatikan. Sedangkan pada sisi eksternal yang perlu diperhatikan adalah pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Falsafah yang melandasi segi tanggungjawab sosial eksternal ini adalah, kalau perusahaan telah mengenyam keuntungan dari masyarakat, maka manajer juga wajib mengembalikan keuntungaan tadi untuk pengembangan masyarakat.

                    Kewajiban ini dapat dilakukan dengan mengunakan bermacam-macam mekanisme. Ada yang membangun jalan, memberi bea siswa, membangun sekolah, memberikan penerangan jalan, mengolah limbah perusahaan dan sebagainya. Disamping perusahaan harus menghasilkan barang atau jasa yang dapat menjamin dan meningkatkan kwalitas hidup masyarakat konsumen. Peningkatan hidup ini merupakan indikator dari suatu masyarakat yang makmur dan sejahtera, dan kemakmuraan dan kesejahteraan masyarakat suatu indikatur berhasilnya kegiatan perusahaan.

                    Semakin berkembangnya konsep pemasaran yang berorientasi kepada kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, maka semakin tinggi tingkat kesadaran manajer terhadap tanggungjawab sosialnya, akhirnya akan meningkatkan image perusahaan dan kemudian berakibat keberhasilan pemasaran yang berakibat keberhasilan mendapatkan laba sesuai dengan tujuan perusahaan atau bisnis tersebut untuk berlangsung hidup.

                    Konsep Tanggungjawab Sosial Manager

                    Tanggung jawab sosial manajer pada hekekatnya adalah pertanggungjawaban rganisasi atau perusahaan yang dipimpinnya di dalam kegiatan organisasi atau bisnisnya kepada masyarakat (stakeholders). Dengan asumsi manajer memimpin suatu perusahaan artinya bahwa atas keberadaan perusahaan dan apa yang dilakukan dalam bentuk apapun, apabila yang dilakukan tersebut berdampak kepada masyakarat, maka harus dipertanggung jawabkan. Adapun yang dimaksud masyarakat adalah masyarakat berupa perorangan, kelompok masyarakat atau kelembagaan yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan perusahaan yang mendapatkan dampak perilaku perusahaan. Adapun dampak keberadaan dan perikaku perusahaan intinya adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan di dalam perusahaan berusaha mendapatkan keuntungan atau laba. Oleh karena itu dapat dibayangkan pertanggungjawaban sosial perusahaan akan sulit dilakukan seandainya perusahaan tidak mendapatkan laba. Karena salah satu bentuk pertanggungjawaban sosial tersebut berupa pengeluaran dana sebagai konpensasi atas kerugian atau ketidak nyamanan masyakarakat atau bentuk terima kasih kepada masyarakat atas berbagai bentuk bantuan dan dukungan masyarakat.

                    Walaupun tanggung jawab manajer akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila perusahaan yang dipimpinnya mendapatkan laba, tidak berarti bahwa kalau perusahaan rugi tidak mempunyai tanggung jawab sosial. Penanggungjawaban manajer tetap harus dilakukan dana aitu harsus merupakan kesadaran yang ada pada diri para manajer.

                    Akibat adanya kesadaran akan ketergantungan pada berbagai pihak untuk melancarkan usahanya khususnya di dalam mendapat laba, maka manajer secara sadar melakukan tanggungjawab sosialnya. Adapun bentuk tanggung jawabnya sangat beragam tergantung masyarakat yang mana yang mendapatkan dampak atau hubungan adanya keberadaan atau perilaku manajer tersebut.

                    Banyak pihak sangat memahami hakekat dasar dari suatu perusahaan, yaitu ingin mendapatkan laba yang sebanyak-banyaknya dengan biaya sedikit mungkin. Namun yang menjadi masalah adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut di suatu pihak dan untuk apa saja keberhasilan atau laba perusahaan tersebut digunakan, apakah juga termasuk untuk pertanggungjawaban manajer dalam artian finansial dan moral?

                    Di dalam perusahaan melakukan kegiatan untuk mendapatkan laba tersebut, perusahaan harus berinteraksi dengan orang lain, lembaga lain dan faktor-faktor lingkungan internal perusahaan dan faktor-faktor eksternal perusahaan. Oleh kerena itu maka perusahaan di dalam rangka kegiatan bisnisnya harus melaksanakan praktek tanggungjawab manajer kepada lembaga-lembaga tersebut diatas. Pemahaman tentang hal tersebut dilandasi konsep-konsep dasar sebagai berikut:

                    1. Setiap perusahaan yang dipimpin oleh manajer mempunyai tujuan ingin dapat berusaha secara terus-menerus atau menjaga keberlangsungan hidupnya (sustainable).

                    2. Di dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya, perusahaan perlu meningkatkan jumlah dana yang terakumulasi.

                    3. Untuk medapatkan akumulasi sumber dana yang semakin besar, maka perusahaan harus mendapatkan laba minimal tidak rugi.

                    4. Di dalam mendapatkan laba, perusahaan tidak dapat mengandalkan kemampuannya sendiri, tetapi sebaliknya perusahaan harus berinteraksi dan tergantung dengan lembaga lain, baik dalam bentuk orang per orang atau institusi lain, baik secara langsung atau tidak langsung.

                    5. Oleh karena itu perusahaan yang dipimpin oleh para manajer, para manajer tersebut harus memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempunyai hubungan dengan perusahaan dalam rangka perusahaan tersebut menjalankan kegiatannya.

                    Berdasarkan konsep dasar tersebut, maka sangat wajar apabila semua manajer harus bertanggung jawab kepada semua yang terlibat baik secara langsung ataupun tidak langsung atas hasil laba yang di dapatnya dan di dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Bentuk pertanggungjawaban manajer tersebut sering disebut dengan pertanggunganjawaban sosial.

                    Di dalam suatu survey yang dilakukan oleh Roper Organization terhadap para pengusaha di Amerika Serikat Yang dikutif Abdul Hakim G. Nusantara di majalah Usahawan N0.10 Th XXI Oktober 1992, yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan memperoleh konktritisasi makna yang beragam. Tanggung jawab sosial perusahaan berarti, antara lain: a) membuat suatu produk yang aman untuk digunakan; b) membayar pajak sesuai dengan porsi keuntungan yang mereka peroleh; c) membersihkan pencemaran udara dan air yang ditimbulkan oleh kegiatan bisnis mereka; d) menjadi warga yang baik dari masyarakat tempat mereka beroperasi; e) membayar upah buruhnya secara layak; f) mempekerjakan golongan minoritas, dan g) lain-lain.

                    Jawaban-jawaban yang beragam dari para pengusaha tersebut mencerminkan persepsi mereka yang tidak selalu sama tentang makna tanggungjawab sosial perusahaan. Dapat juga dikatakan, bahwa semua jawaban mereka itu masih masuk dalam konsep kesejahteraan masyarakat, dan perbedaan pemaknaan tentang tanggungjawab sosial itu mencerminkan perbedaan kontek permasalahan yang dilihat dan dihadapi oleh pada pengusaha.

                    Terlepas dari keragaman pemaknaan tanggungjawab sosial perusahaan atau tanggungjawab manajer, pada umumnya konsep tanggungjawab sosial perusahaan merupakan konsep yang diterima oleh banyak manajer, baik di negara maju maupun di negara berkembang.

                    Penerimaan konsep tanggungjawab sosial tersebut di dasarkan atas alasan-alasan sebagai berikut:

                    a. Para pengusaha perlu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan itu beroperasi. Dengan memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut perusahaan akan memperoleh lingkungan sosial yang baik yang diperlukan bagi kelancaran jalannya perusahaan.

                    b. Menjalankan tanggungjawab sosial perusahaan akan membantu menaikkan citra dan gengsi perusahaan di mata publik atau masyarakat, yang pada gilirannya akan membantu marketing produk perusahaan tersebut.

                    c. Bisnis sebagai suatu institusi akan terancam jika dia gagal memenuhi harapan umum masyarakat dalam bentuk tanggungjawab sosial perusahaan.

                    d. Kalangan bisnis terdiri dari orang-orang yang dibimbing oleh nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Karena itu tanggungjawab sosial yang terkandung dalam nilai-nilai itu tidak mungkin dilalaikan begitu saja oleh bisnis, terutama jika bisnis ingin memperoleh aksepsi yang luas dari masyarakat.

                    Akibat adanya kesadaran akan ketergantungan pada berbagai pihak di dalam masyarakat, maka para manajer sadar melakukan tanggungjawab sosialnya. Banyak pihak di luar dunia usaha sangat memahami akan hakekat dasar dari suatu perusahaan yaitu untuk mengeruk keuntungan sebanyak mungkin. Namun yang menjadi masalah adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

                    Masalah ini menjadi mendasar mengingat bahwa sudah cukup banyak pihak yang berpendapat bahwa sebenarnya demi kelancaran dan keuntungan usaha akan lebih baik jika tanggungjawab sosial perusahaan semakin ditingkatkan. Anggapan demikian antara lain dengan alasan, bahwa jika perusahaan memberikan upah yang cukup disertai jaminan sosial, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang juga cukup memadai, para karyawan atau buruh akan puas dan kesetabilan kerja terjamin. Demikian pula perlakuan terhadap kesejahteraan masyarakat setempat, umpama dalam bentuk mempekerjakan sebagian mereka, memberikan kesejahteraan masyarakat dilingkungan kerja perusahaan termasuk tidak merusak lingkungan hidup, maka akan memperlancar dan keamanan berusaha lebih terjamin, akibatnya perusahaan akan mendapat image yang positif dan dukungan dari masyarakat yang akhirnya akan memperlancar atau mempermudah perusahaan untuk mencapai keberhasilan bisnisnya.

                    Tanggungjawab Manager dan Etika Manager

                    Manajer yang mempunyai tugas pengambil keputusan selalu dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Disamping itu manajer juga mempunyai tugas mempertimukan berbagai pemilik faktor produksi, baik pemilik tenaga kerja, pemilik modal, pemilik tanah dan pemilik kewirausahan bahkan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu manajer harus mampu memberikan pelayanan kepada siapapun yang langsung atau tidak langsung terlibat di dalam mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. Perusahaan sebagai lembaga bisnis mempunyai tujuan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Untuk dapat mencapai tujuaannya tersebut perusahaan perlu memiliki pengertian dan kemampuan untuk melakukan herhitungaan tentang biaya, khususnya untuk konpensasi bagi pemilik faktor produksi yang terlibat di dalam kegiatan produksi, sehingga perusahaan mendapatkan laba. Kesadaran dan kemampuan ini dibutuhkan agar dapat menghasilkan barang atau jasa yang dapat diterima dan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat dengan pengorbanan yang minimum dan harga yang cukup wajar.

                    Motif untuk mendapat laba, adalah dorongan utama bagi perusahaan sebagai imbalan atas jasanya kepada masyakarat, terutama kepada konsumen yang secara langsung terpenuhi kebutuhannya. Namun motif mendapatkan laba bukanlah berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan motif-motif lain, seperti misalnya memenuhi kebutuhan masyarakaat, meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pemberian konpensasi atas perannya masyarakat pemilik faktor produksi untuk menyumbangkan atas partisipasinya di dalam kegiatan berproduksi, dan seluruh masyarakat lain yang secara tidak langsung mendukung berhasilnya perusahaan mendapatkan laba. Oleh sebab itu maka kepentingan berbagai pihak perlu dipahami dan sedapat mungkin di perhatikan dan dipenuhi sebagai tanggung jawab sosial seorang manajer atas perusahaan yang dipimpinnya. Tanggung jawab sosial manajer bisa timbul dari kesadaran sendiri atau bersifat otonom, tetapi juga karena tekanan kekuatan pemerintah dan kekuatan masyarakat sendiri. Yang pasti bahwa tanggung jawab sosial manajer harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

                    Friday, February 18, 2011

                    Pembuatan Keputusan

                    a. Keputusan dengan kepastian, resiko dan ketidakpastian

                    1) Keputusan dalam kondisi kepastian (certainty) manajer mengetahui apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, karena tersedia informasi yang akurat/terpercaya. (Dapat diperkirakan dengan mendekati kepastian).

                    2) Keputusan dalam kondisi resiko (risk)

                    Manajer mengetahui besarnya probabilitas setiap kemungkinan hasil, tetapi informasi tidak lengkap tersedia.

                    3) Keputusan dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty)

                    Manajer tidak mengetahui probabilitas, bahkan tidak mengetahui kemungkinan hasilnya (menimbulkan keputusan kritis).

                    1. Proses pembuatan keputusan

                    Hasil dari pada sebuah keputusan akan sangat dipengaruhi oleh proses pembuatan keputusan itu sendiri disamping faktor lain antara lain faktor lingkungan ekstern, pedidikan, pengalaman, harapan maupun persepsi dari pengambilan keputusan itu sendiri.

                    Oleh karena itu didalam mengambil keputusan mempergunakan teknis-teknis ilmiah secara singkat ada ada tujuh langkah yang harus dilakukan dalam proses pembuatan keputusan.

                    Langkah-langkah tersebut adalah :

                    a. Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi atau mendefinisikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

                    b. Mengumpulkan faktor-faktor dan data-data yang relevan.

                    c. Menyusun beberapa kemungkinan cara atau alternatif pemecahan masalah atau penyelesaian masalah.

                    d. Mengadakan penilaian terhadap cara-cara pemecahan masalah tersebut, yaitu penilaian terhadap keberhasilannya.

                    e. Memilih kemungkinan penyelesaian yang terbaik.

                    f. Mengadakan perhitungan atau penilaian terhadap akibat-akibat bila keputusan tersebut dilaksanakan.

                    g. Melaksanakan keputusan.

                    2. Pengertian

                    Pada dasarnya tugas substansi dari pada manajer adalah selalu membuat keputusan. Baik itu keputusan yang sifatnya dilakukan secara rutin ataupun keputusan-keputusan yang khas.

                    Adapun pembuatan keputusan mengandung pengertian sebagai penentuan serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

                    Sehingga tanpa keputusan-keputusan yang dilakukan oleh manajer mustahil kegiatan akan ada atau berjalan dan tentunya mustahil tujuan akan tercapai.

                    3. Tipe-tipe/Klasifikasi Keputusan

                    b. Diprogramkan atau tidak

                    1) Keputusan yang diprogramkan (programmed decision)

                    Keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur. Keputusan ini adalah rutin atau berulang-ulang.

                    2) Keputusan yang tidak diprogramkan (non programmed decisions)

                    Keputusan yang berkenaan dengan masalah-masalah khusus, khas dan tidak biasa terjadi.

                    Semakin tinggi kedudukan dalam hirarki dalam organisasi, dibutuhkan kemampuan untuk membuat keputususan yang tidak diprogramkan.


                    b. Keputusan dengan kepastian, resiko dan ketidakpastian

                    1) Keputusan dalam kondisi kepastian (certainty) manajer mengetahui apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, karena tersedia informasi yang akurat/terpercaya. (Dapat diperkirakan dengan mendekati kepastian).

                    2) Keputusan dalam kondisi resiko (risk)

                    Manajer mengetahui besarnya probabilitas setiap kemungkinan hasil, tetapi informasi tidak lengkap tersedia.

                    3) Keputusan dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty)

                    Manajer tidak mengetahui probabilitas, bahkan tidak mengetahui kemungkinan hasilnya (menimbulkan keputusan kritis).

                    3. Proses pembuatan keputusan

                    Hasil dari pada sebuah keputusan akan sangat dipengaruhi oleh proses pembuatan keputusan itu sendiri disamping faktor lain antara lain faktor lingkungan ekstern, pedidikan, pengalaman, harapan maupun persepsi dari pengambilan keputusan itu sendiri.

                    Oleh karena itu didalam mengambil keputusan mempergunakan teknis-teknis ilmiah secara singkat ada ada tujuh langkah yang harus dilakukan dalam proses pembuatan keputusan.

                    Langkah-langkah tersebut adalah :

                    a. Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi atau mendefinisikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

                    b. Mengumpulkan faktor-faktor dan data-data yang relevan.

                    c. Menyusun beberapa kemungkinan cara atau alternatif pemecahan masalah atau penyelesaian masalah.

                    d. Mengadakan penilaian terhadap cara-cara pemecahan masalah tersebut, yaitu penilaian terhadap keberhasilannya.

                    e. Memilih kemungkinan penyelesaian yang terbaik.

                    f. Mengadakan perhitungan atau penilaian terhadap akibat-akibat bila keputusan tersebut dilaksanakan.

                    g. Melaksanakan keputusan.